https://www.facebook.com/Merpati.Balap.Indonesia

Kemampuan merpati untuk kembali “pulang” ( kekandang / ketempat tertentu ) dari tempat yang asing merupakan fenomena yang menarik,, mengingat untuk kembali pulang dari suatu tempat tertentu memerlukan lebih dari sekedat orientasi kompas. Sebaliknya merpati juga perlu untuk menentukan posisi relatif dalam mengorientasikan dirinya dalam arah yang benar.

Merpati menggunakan berbagai isyarat eksternal dalam menentukan jalan pulangnya, seperti matahari, landmark visual dan medan magnet tergantung dari kondisi tertentu, seperti cuaca. Merpati menggunakan kombinasi2 petunjuk dari sistem navigasi yang mereka miliki untuk menentukan jalan pulang. 

Untuk mengetahui kapan sistem navigasi tertentu digunakan oleh merpati, mari kita simak bahasan berikut.

https://www.facebook.com/Merpati.Balap.Indonesia
LANDMARK VISUAL
Sejak dilakukanya percobaan oleh Keeton di tahun 1974,, pentingnya penggunaan sistem navigasi landmark visual kurang menjadi perhatian pakar pakar neuroethologist dalam menyelidiki sistem navigasi pada merpaaati. Penelitian tersebut mendapati bahwa merpati masih mampu menemukan jalan pulang bahkan ketika mata mereka ditutup dengan lensa buram.

Tetapi mendapati fakta pada percobaan yang dilakukan oleh Chappell dan Guilford di tahun 1997 serta Burt et al pada tahun 1997, mereka mendapati sistem navigasi landmark visual perupakan bagian penting bagi merpati untuk menentukan jalan pulang mereka.

Penelitian tersebut mendapati fakta bahwa merpati yang ditempatkan dalam ruangan besar tertutup mampu menemukan makanan yang telah disembunyikan tanpa menggunakan bantuan matahari sebagai navigasi mereka. Percobaan ini kemudian berlanjut dengan menggunakan kontrol merpati2 yang beberapa saat diberikan akses untuk terbang dilokasi, dibandingkan dengan dengan merpati2 yang tidak sama sekali meninjau lokasi. Hasil percobaan menemukan bahwa merpati yang diberikan akses meninjau lokasi pulang 16% lebih cepat daripada merpati yang tidak diberikan akses untuk meninjau lokasi. Dari hasil percobaan ini disimpulkan bahwa landmark visual adalah alat navigasi pertama yang merpati gunakan dalam menentukan jalan pulang.

https://www.facebook.com/Merpati.Balap.Indonesia
PETUNJUK MAGNETIC
William Keeton (1969) mencatat bahwa merpati harus menggunakan sistem lain selain kompas matahari untuk menentukan informasi arah. Hal ini diungkapkan ketika William mendapati walaupun merpati mampu pulang dalam keadaan cuaca mendung, jalur yang mereka tempuh memiliki deviasi index yang tinggi ( melenceng ) setelah dilepaskan beberapa kali. Beliau menyimpulkan bahwa Merpati menggunakan kompas matahari saat terlihat dan menggunakan sistem navigasi lain untuk menentukan jalan pulang.

Pada tahun 1971, keeton mengeluarkan hipotesis penggunaan petunjuk medan magnetic oleh merpati. Percobaan yang dilakukan adalah dengan menempelkan sejumlah magnet pada tubuh merpati yang akan dilepaskan. Percobaan dilakukan pada saat cuaca mendung dan mendapati sebagian besar merpati kebingungan dan bahkan tidak kembali. Percobaan ini kemudian dilakukan pada saat cuaca cerah ( matahari terlihat ), merpati kembali pulang dengan baik. 

Dari percobaan ini beliau menyimpulkan bahwa selain matahari sebagai kompas utama adalah alat navigasi utama merpati, merpati juga memiliki kompas sekunder yang dipengaruhi oleh medan magnetic. Dari percobaan yang dilakukan juga didapati bahwa merpati muda ( piyikan ) yang dilepaskan banyak yang kebingungan dan tidak kembali walaupun dilepaskan pada cuaca yang cerah ( matahari terlihat ) dikarenakan burung muda tersebut kurang berpengalaman dalam menggunakan navigasi medan magnetic yang mereka miliki.

Penelitian ini dipertegas kembali oleh Walcott dan Green pada tahun 1974, dimana mereka menciptakan alat khusus bernama kumparan Helmholtz yang mampu memanipulasi kutub magnet bumi ketika dipasangkan pada merpati. Percobaan yang dilakukan saat mendung ini mengarahkan kutub utara pada merpati adalah kearah langit, didapati merpati yang dilepaskan menjauh 180 derajat dari jalan pulang yang seharusnya. Percobaan ini lebih mengimplikasikan penggunaan medan geomagnetik sebagai navigasi di bawah mendung.

Gould (1982), Wiltschko (1991), dan Walcott (1996) kemudian melakukan penelitian yang mendapati bahwa merpati mampu membuat peta dari informasi geomagnetic yang menentukan jalan pulang mereka. Perbedaan medan geomagnetic dari masing2 tempat disimpan dalam memory mereka dan informasi ini digunakan saat mereka menentukan jalan pulang,, tetapi suatu saat ditemukan bahwa medan geomacnetic yang berubah2 bahkan ditempat yang sama karena suatu kondisi ( petir, awan mendung yang mengandung listris statis dan badai matahari ), mempengaruhi kecepatan merpati dalam menentukan jalan pulang.

https://www.facebook.com/Merpati.Balap.Indonesia
KOMPAS MATAHARI
Kemampuan merpati menentukan arah dengan kompas matahari telah dicoba pada tahun 1950 oleh Kramer dengan sebuah percobaan. Percobaan ini dengan meletakan makanan pada ruangan yang disinari matahari penuh dan merpati mampu menemukan makanan tersebut dengan baik,, percobaan kemudian dengan meletakan cermin untuk membelokan posisi matahari, orientasi burung adalah Sejalan bergeser dengan arah matahari tersebut. Dari percobaan ini disimpulkan bahwa merpati menggunakan sistem jam (internal) dengan membandingkan posisi matahari untuk menentukan posisi utara. percobaan ini dilakukan dengan memanipulasi posisi matahari pada posisi jam tertentu. Ia menemukan bahwa orientasi burung bergeser sekitar lima belas derajat untuk setiap jam yang dimanipulasi dari sudut yang sebenarnya. dari sini disimpulkan bahwa Jelas, merpati menggunakan matahari untuk mendapatkan informasi arah / kompas.

https://www.facebook.com/Merpati.Balap.Indonesia
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa merpati menggunakan berbagai metode navigasi dalam menemukan jalan pulang. Tergantung keadaan yang sedang dihadapi merpati pada saat terbang, mereka mampu mengkombinasikan informasi baik oleh navigasi landmark visual,,medan magnet maupun kompas matahari untuk menentukan jalan pulang.

Dari ulasan ini ada baiknya sebagai langkah2 preventif dalam melatih merpati untuk menghindari kondisi2 tertentu seperti pelepasan saat : mendung sebaiknya tidak terbang, perubahan geografis tempat ( pemasangan umbul2 baru, ada yang bangun rumah, ada pohon ditebang dll ) hendaknya dilakukan lop bertahap kembali, menempatkan kandang merpati dekat dengan medan magnet tinggi ( Speaker bekas atau TV bekas atau apalah yang ada magnet yang besar ) untuk mencegah induksi secara tidak langsung, mengingat sensor magnet merpati berada pada sebagian paruh yang mengandung banyak Fe (besi).
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: