Pertanyaan ini mirip dengan berapa porsi jangkrik untuk burung Anda, berapa frekuensi mandi pada burung, atau berapa lama burung harus dijemur ? Siapa sebenarnya yang harus mengatur ini semua ? Anda selaku pemilik dan / atau perawat, atau burung yang “mengatur” Anda ? Sering kita mendengar jawaban, tergantung kebiasaan burung. Nah, bukankah kebiasaan burung itu juga bisa tercipta kalau kita membiasakannya ? Yuk, kita bahas masalah ini, tetapi khusus pada tenggeran.
Hal pertama yang mesti diingat pada semua jenis burung kicauan, kecuali keluarga lark ( branjangan, sanma, dan pailing ), adalah mereka termasuk burung petengger ( perching bird ). Burung petengger merasa nyaman ketika bertengger pada cabang, ranting, dan dahan pohon, juga kabel listrik, kabel telepon, tiang mendatar, dan sejenisnya.
Kedua, diameter tenggeran / tangkringan / plangkringan yang tersedia sesuai dengan cakupan kedua cakarnya. Yang dimaksud cakar di sini adalah bagian telapak kaki burung dan jari-jarinya, atau bagian di bawah pergelangan kaki.
Adapun bagian di atas pergelangan kaki hingga lutut, dalam ilmu perunggasan, disebut kaki (shank). Bagian di atas lutut disebut paha. Hal ini perlu dijelaskan, sebab kalau kita makan cakar ayam, bagian shank pun disertakan, sehingga pemahaman cakar menjadi berbeda.
Ketika kedua cakarnya mencengkeram tenggeran secara pas, maka burung akan merasa nyaman. Ini berarti diameter tenggeran sudah sesuai, atau kalau meleset ( lebih besar / lebih kecil ) hanya sedikit, dan tak banyak mempengaruhi kenyamanan burung.
Namun, ketika cengkeraman terlalu longgar, berarti diameternya terlalu kecil. Sebaliknya, jika kedua cakar kesulitan mencengkeram, berarti diamaternya terlalu besar. Penjelasan lebih lengkap tentang diameter tenggeran bisa dilihat kembali di sini.
Anggaplah diameter tenggeran yang Anda gunakan sudah pas. Tetapi ini belum menjadi jaminan jika burung Anda bakal moncer di lapangan. Ketidakmonceran burung di lapangan bisa disebabkan aneka faktor, mulai dari setelan extra fooding, aktivitas mandi-jemur, juga sangat dimungkinkan bersumber dari ketidaktepatan dalam menyediakan tenggeran.
Beberapa tipe tenggeran
Berdasarkan jumlahnya, ada 4 tipe tenggeran yang biasa digunakan para pemain, yaitu tenggeran tunggal, tenggeran ganda, dan tenggeran triple. Tenggeran triple memang jarang digunakan. Salah seorang pemain yang menggunakannya adalah Mr Gino untuk kacer jawaranya, Jaguar.
Sebagian pemain lebih senang menggunakan tenggeran tunggal, terutama untuk cendet dan kacer, agar burung tampil lebih nagen di lapangan. Ini sudah dibuktikan Om Arifin ketika masih menangani Elang Sakti, cendet yang pernah mendominasi Blok Timur.
Tetapi sebagian pemain lainnya lebih menyukai tenggeran ganda. Tenggeran ganda pun masih dibagi menjadi dua, yaitu trap sejajar (atas – bawah) dan bersilang.
Melihat beberapa model tenggeran, serta pengalaman dari masing-masing pemilik / perawat burung jawara, seperti disebutkan di atas, muncul pertanyaan menggelitik yang menjadi judul dari artikel ini. Soal tenggeran, siapa yang harus menyesuaikan: burung atau perawatnya ?
Kembali pada fakta bahwa sebagian besar burung kicauan merupakan burung petengger, kita selaku pemilik / perawat yang diberi akal harus pandai-pandai dalam mencermati apa yang dapat membuat burung merasa nyaman. Burung yang nyaman pasti akan berkicau dengan baik, tentu sesuai dengan performa masing-masing.
Pengamatan saat burung berlomba
Dalam konteks burung lomba, pengamatan tidak hanya dilakukan berdasarkan kenyamanan burung saat di rumah. Lebih penting lagi, bagaimana kenyamanan burung di lapangan terhadap tenggeran yang disediakan pemilik atau perawatnya.
Pengalaman Om Arifin saat masih menangani cendet Elang Sakti bisa dijadikan contoh. Dulu, dia pun menggunakan tenggeran ganda bersilang. Gaconya memang sering menjuarai lomba, tetapi gaya nya tidak terlalu nagen.
Setelah mendengar saran dari pakar cendet dari Madura, dia lalu menggantinya dengan tenggeran tunggal. Benar saja, burung menjadi lebih nagen, lebih nancep, serta performa suaranya meningkat pesat. Gelar juara pun makin sering disabet Elang Sakti, meski harus turun di dua sesi atau lebih.
Tetapi ketika tips ini digunakan pemain lain, belum tentu hasilnya sama. Hal ini menunjukkan bahwa burung memiliki selera, keinginan, atau kebiasaan yang berbeda-beda, meski jenisnya sama-sama cendet, sama-sama kacer, dan seterusnya.
Di sinilah kita menemukan jawaban, bahwa pemilik / perawat yang harus menyesuaikan diri dengan apa yang diinginkan atau menjadi kesenangan burung. Itulah yang dapat membuat burung merasa nyaman, khususnya di lapangan.
Masalah tenggeran menjadi lebih krusial bagi burung lomba seperti cendet dan kacer. Dalam lomba, kita sering melihat beberapa cendet yang salto. Meski faktor penyebabnya bervariasi, tenggeran tak tepat juga bisa menjadi salah satu pemicu.
Demikian pula dengan kacer yang sering mbagong, juga sering turun ke dasar sangkar. Penyebabnya beragam, dan salah satunya adalah penggunaan tenggeran yang tidak sesuai dengan kemauan kacer tersebut.
Karena itu, bagi sobat kicau mania yang sering melombakan burungnya dan selama ini pulang dengan tangan hampa, juga hati kecewa lantaran gaconya tidak pernah tampil maksimal, silakan melakukan perubahan terhadap model tenggeran yang digunakan saat lomba.
Tentu saja ini hanya merupakan salah satu upaya. Apabila upaya ini masih belum membuahkan hasil, maka selidiki pula beberapa faktor lainnya, misalnya aktivitas mandi-jemur selama di rumah, setelan harian dan setelan lomba selama ini, dan sebagainya.
Banyak kasus di mana perubahan model tangkringan bisa mengubah prestasi burung. Selain cendet Elang Sakti seperti dijelaskan di atas, dulu juga ada kasus hampir sama yang dialami kacer Sumolewo milik H Nasir.
Dulu kacer Sumolewo menggunakan tenggeran ganda trap sejajar. Kualitas suaranya memang bagus, tetapi kinerja kurang maksimal. Kalaupun masuk daftar juara, burung ini lebih sering berada di luar tiga besar. Namun, setelah diganti dengan tenggeran ganda bersilang, Sumolewo menjadi langganan juara.
Kejadian sebaliknya dialami kacer Provokator dan Vibrator, keduanya milik Gunawan. Ketika masih menggunakan tenggeran ganda bersilang, kedua gaco ini jarang berprestasi. Tetapi setelah diganti dengan tenggeran ganda trap sejajar, Provokator dan Vibrator sering mengoleksi gelar juara.
Aneh tapi nyata! Sebenarnya ini sih bukan sebuah keanehan, melainkan ketidaktahuan kita terhadap selera, kemauan, atau kebiasaan burung. Sekali lagi, terbukti bahwa kita selaku pemilik / perawatlah yang harus menyesuaikan dengan keinginan dan kebiasaan burung.
Mengetahui tenggeran yang sesuai saat lomba
Pertanyaannya, bagaimana cara mengetahui burung menyukai tenggeran tunggal, tenggeran ganda trap sejajar, dan tenggeran ganda bersilang? Mau tak mau kita mesti mengamati penampilan burung di lapangan.
Misalnya, selama ini Anda menerapkan tenggeran ganda bersilang yang banyak dipakai para pemain. Jika powernya keluar, berarti tenggeran sudah cocok. Tenggeran ganda bersilang banyak digunakan untuk burung cendet yang sering salto. Penempatan dua tenggeran yang bersilang membuat ruang gerak cendet untuk salto menjadi berkurang.
Namun, ketika Anda menggunakan tenggeran ganda bersilang, dan power burung tidak bisa maksimal, sering gembos, inilah saatnya mencoba menggantinya dengan tenggeran ganda trap sejajar. Dengan mengubahnya menjadi trap sejajar, diharapkan burung mau naik-turun dari tenggeran atas ke bawah, maupun sebaliknya, sehingga volumenya bisa lebih keluar.
Hal yang sama juga dapat dilakukan bagi pemain yang selama ini menerapkan tenggeran ganda trap sejajar, namun penampilan burung tidak pernah maksimal. Silakan diubah menjadi tenggeran ganda bersilang, untuk mengetahui perubahan kinerjanya.
Dalam beberapa kasus, burung yang diberi tenggeran ganda bersilang sering memutar tubuh ke kiri-kanan, lalu turun ke dasar sangkar saat berlomba. Hal ini juga menunjukkan kalau ia merasa tak nyaman, dan perlu dicoba menggunakan tenggeran ganda trap sejajar.
Tenggeran ganda trap sejajar memang lebih jarang digunakan daripada tenggeran bersilang. Sebab, menurut pengalaman sejumlah pemain, khususnya kacer dan cendet, burung yang diberi tenggeran trap sejajar lebih sering kerja di bagian bawah, pada ruangan yang agak longgar.
Tetapi kalau burung lebih senang dengan tenggeran model ini, kita tidak boleh memaksanya. Yang perlu dilakukan adalah menyiasatinya dengan trik tertentu. Misalnya memberikan ranjau dari karet pentil di bagian bawah.
Melalui siasat tersebut, maka ketika burung turun, dia akan merasa mentul-mentul, sehingga akan takut dan kembali lagi ke tenggeran. Ada juga yang menggunakan ranjau bola.
Bagaimana kalau burung tetap tidak nyaman menggunakan tenggeran ganda bersilang maupun trap sejajar ? Anda masih punya dua pilihan, yaitu menggunakan tenggeran tunggal seperti dilakukan Om Arifin ketika masih menangani cendet Elang Sakti, atau menggunakan tenggeran triple seperti yang dilakukan Mr Gino dari Jogja.
Kesimpulannya, dalam pemilihan model tenggeran, pemilik / perawat yang harus menyesuaikan diri dengan selera, keinginan, dan kebiasaan burung. Tidak apa-apa Anda mengalah, toh semuanya demi meningkatkan prestasi burung, yang pasti menjadi keinginan Anda sebagai pemain.
Post A Comment:
0 comments: