KICAU BURUNG : Hari ini adalah hari terakhir di tahun 2012. Beberapa jam lagi, kita akan menghirup udara tahun 2013. Namun dada ini terasa masih sesak, melihat kondisi beberapa jenis burung yang mengalami penurunan pamor di Jawa Timur, terutama dalam konteks latber dan lomba sepanjang tahun 2012. Mengapa dada ini terasa sesak? Sebab penurunan pamor justru terjadi pada tiga jenis burung yang pernah mengharumkan nama Jawa Timur di arena lomba tingkat nasional, yaitu kenari, anis kembang, dan cucak jenggot. Maka, buat sobat kicaumania di Jawa Timur, yuk bikin resolusi 2013 untuk bersama-sama mengembalikan pamor ketiga jenis burung tersebut.
Wallpaper, gambar, foto, lukisan burung kenari (picture, painting and photo canary) (12)Dulu, terutama pada dekade 1990an hingga 2000an, Blok Timur dikenal sebagai rajanya kenari, selain perkutut (Surabaya) dan derkuku (Tulungagung dan Blitar). Setiap ada lomba tingkat nasional, minimal satu kelas kenari diboyong ke Jawa Timur. Bahkan Malang, baik kota atau kabupaten, pernah menjadi sentra penangkaran burung kenari terbesar saat itu.
Sekarang kondisinya berbalik 180 derajat. Kelas kenari tidak lagi diminati. Jangankan full gantangan, bisa menghadirkan 15 peserta saja sudah bagus. Padahal jumlah breeder dan pelaku bisnis kenari di Malang terbilang banyak, masih seperti di masa lalu.
Berbagai upaya sudah dikerahkan para stakeholders perkenarian setempat, mulai breeder hingga pelaku bisnis, namun belum juga membuah hasil memuaskan. Upaya breeder untuk membangkitkan kembali pamor kenari pernah dilakukan
Kholik, breeder dari Kepanjen. Dalam latber Kanjuruhan BK Kepanjen, misalnya, ia pernah memberikan tiket gratis bagi peserta di kelas kenari. “Hal ini untuk memotivasi kicaumania agar mau meramaikan lagi kelas kenari,” ujarnya, seperti dikutip Tabloid Agrobur.
Theo dari Java Kenari juga pernah memberikan sejumlah bonus menarik dan trofi pada gelaran Brimob Cup, beberapa waktu lalu, untuk menarik minat kenari mania agar mau bertanding di kelas kenari. “Kalau tidak ada yang peduli terhadap nasib kenari, lantas siapa lagi?,” tuturnya.
Sayangnya, upaya tersebut belum sepenuhnya berhasil. Kenari tetap sepi peminat. Namun upaya kreatif seperti ini tak boleh berhenti di tengah jalan, karena setiap upaya yang baik pasti bakal diganjar dengan kebaikan pula. Jika tahun 2012 belum berhasil, semoga di tahun baru secercah harapan mulai muncul.
Anis kembang
Nasib tragis juga dialami anis kembang (AK). Pamornya bukan hanya menurun di Jawa Timur, tapi sudah meluas ke berbagai daerah di Indonesia. Sama seperti kenari, Blok Timur dulu juga pernah merajai kelas AK dalam gelaran nasional.
Kekuatan AK dari Blok Timur saat itu berada di Gresik. Selain punya beberapa breeder terkenal, ada juga pemandu bakat seperti Ganco yang hampir selalu sukses menangani AK yang ada di tangannya. Namun orang-orang seperti Ganco pun angkat tangan menghadapi keterpurukan anis kembang.
“Anis kembang makin sulit dibangkitkan lagi. Sudah banyak upaya yang kita lakukan, tetapl nampaknya belum membuahkan hasil,” keluhnya. Ganco kini asyik bermain anis merah dan pleci.
Salah satu breeder anis kembang dari Gresik yang layak diperhitungkan adalah H Muis. Beberapa produk tangkarannya moncer di berbagai lomba. Namun situasi surut seperti ini membuatnya harus realistis. Ya, sama seperti Ganco, akhirnya ia pun lebih memilih bermain di beberapa kelas yang diminati peserta.
Upaya yang pernah dilakukan sejumlah breeder dan pelaku bisnis kenari di Malang mungkin bisa ditiru untuk kasus anis kembang di Gresik. Event organizer (EO) pun harus didorong untuk terus berkreasi, berinovasi, dan selalu memproduksi lomba burung dengan terobosan baru yang tidak menjemukan.
Burung cucak jenggotKisah memilukan juga dialami burung cucak jenggot yang mengalami penurunan pamor di Jawa Timur, termasuk di wilayah pantai utara (pantura). Selama ini, wilayah pantura Jawa Timur mulai dari Tuban, Babat, Lamongan, hingga Gresik (ditambah Bojonegoro yang agak di pedalaman), dikenal sebagai sentra cucak jenggot berkualitas karena kompetisi yang rutin dan ketat.
Burung-burung yang pernah menjadi jawara di sana beberapa kali biasanya langsung ditake-over dengan hargatinggi. Hal ini membangkitkan gairah perawat maupun penangkar cucak jenggot, untuk berlomba-lomba mencetak burung jawara.
Tapi itu cerita dulu, setidaknya sampai tahun 2011. Sepanjang tahun 2012, kondisinya sudah sangat jauh menurun. Pada beberapa gelaran terakhir, jumlah peserta umumnya di bawah 15 gantangan. Kalah dari burung lain, misalnya lovebird, yang rata-rata bisa buka tiga kelas dan setiap kelas bisa diikuti minimal 30 peserta.
Sejumlah EO tidak habis pikir dengan fenomena ini. Misalnya Andy Lombok Ijo, ketua pelaksana Latpres New LBC Lamongan, yang beberapa kali menitipkan brosur lomba di omkicau.com. “Sudah satu tahun ini kelas cucak jenggot sepi peserta,” tuturnya.
Mungkin karena frustasi, beberapa EO bahkan meniadakan kelas cucak jenggot dari jadwal lomba. “Jika tetap dibuka, dan tak memberikan dampak signifikan, ya lebih baik dihapus sekalian,” kata Joko, pemilik EO Latber GBC di Telaga Ngipik, Gresik.
Butuh kreasi, inovasi, dan terobosan baru dari EO
Melihat ketiga persoalan di atas, nampaknya upaya yang dilakukan breeder dan pelaku bisnis kenari di Malang perlu dijadikan acuan dasar untuk membangkitkan kembali pamor kenari, anis kembang, dan cucak jenggot.
Yang perlu didorong mungkin sejumlah EO, karena mereka juga bagian dari stakeholders hobi burung, bahkan ikut menikmati hasil yang berkaitan dengan lomba burung. Dibutuhkan kreativitas, inovasi, atau terobosan baru bagi setiap EO agar ketiga jenis burung itu kembali diminati.
Manfaatkan secara maksimal jaringan media cetak yang ada, misalnya Tabloid Agrobur atau Tabloid BnR, juga media online seperti omkicau.com, serta berbagai jejaring sosial yang sangat potensial untuk membangun komunitas kenari di masing-masing daerah.
Kata kunci yang perlu dijadikan pegangan adalah fair play dalam arti sebenar-benarnya, mencari sponsor atau donatur potensial, menyediakan doorprize khusus di kelas-kelas tersebut, atau memberikan hadiah utuh, berapa pun peserta yang datang. Khusus kenari, mungkin perlu melakukan pemilahan kelas kenari impor, silangan, dan lokal,
Pada tahap awal mungkin hal ini mengurangi potensi keuntungan yang diperoleh EO. Tetapi jika berhasil menggandeng sponsor dan donatur potensial, hal tersebut tidak menjadi persoalan besar. Apalagi untuk jangka panjang, jika semua kata kunci dijalankan secara konsisten, sobat kicaumania pun akan beramai-ramai lagi mendatangi lomba di kelas kenari, anis kembang, dan cucak jenggot.
Ayo, siapkah semua stakeholders di Jawa Timur untuk mengembalikan pamor ketiga jenis burung yang pernah mengharumkan nama Blok Timur di pentas nasional?
Nasib kenari di Malang
Wallpaper, gambar, foto, lukisan burung kenari (picture, painting and photo canary) (12)Dulu, terutama pada dekade 1990an hingga 2000an, Blok Timur dikenal sebagai rajanya kenari, selain perkutut (Surabaya) dan derkuku (Tulungagung dan Blitar). Setiap ada lomba tingkat nasional, minimal satu kelas kenari diboyong ke Jawa Timur. Bahkan Malang, baik kota atau kabupaten, pernah menjadi sentra penangkaran burung kenari terbesar saat itu.
Sekarang kondisinya berbalik 180 derajat. Kelas kenari tidak lagi diminati. Jangankan full gantangan, bisa menghadirkan 15 peserta saja sudah bagus. Padahal jumlah breeder dan pelaku bisnis kenari di Malang terbilang banyak, masih seperti di masa lalu.
Berbagai upaya sudah dikerahkan para stakeholders perkenarian setempat, mulai breeder hingga pelaku bisnis, namun belum juga membuah hasil memuaskan. Upaya breeder untuk membangkitkan kembali pamor kenari pernah dilakukan
Kholik, breeder dari Kepanjen. Dalam latber Kanjuruhan BK Kepanjen, misalnya, ia pernah memberikan tiket gratis bagi peserta di kelas kenari. “Hal ini untuk memotivasi kicaumania agar mau meramaikan lagi kelas kenari,” ujarnya, seperti dikutip Tabloid Agrobur.
Theo dari Java Kenari juga pernah memberikan sejumlah bonus menarik dan trofi pada gelaran Brimob Cup, beberapa waktu lalu, untuk menarik minat kenari mania agar mau bertanding di kelas kenari. “Kalau tidak ada yang peduli terhadap nasib kenari, lantas siapa lagi?,” tuturnya.
Sayangnya, upaya tersebut belum sepenuhnya berhasil. Kenari tetap sepi peminat. Namun upaya kreatif seperti ini tak boleh berhenti di tengah jalan, karena setiap upaya yang baik pasti bakal diganjar dengan kebaikan pula. Jika tahun 2012 belum berhasil, semoga di tahun baru secercah harapan mulai muncul.
Nasib anis kembang di Gresik
Anis kembang
Nasib tragis juga dialami anis kembang (AK). Pamornya bukan hanya menurun di Jawa Timur, tapi sudah meluas ke berbagai daerah di Indonesia. Sama seperti kenari, Blok Timur dulu juga pernah merajai kelas AK dalam gelaran nasional.
Kekuatan AK dari Blok Timur saat itu berada di Gresik. Selain punya beberapa breeder terkenal, ada juga pemandu bakat seperti Ganco yang hampir selalu sukses menangani AK yang ada di tangannya. Namun orang-orang seperti Ganco pun angkat tangan menghadapi keterpurukan anis kembang.
“Anis kembang makin sulit dibangkitkan lagi. Sudah banyak upaya yang kita lakukan, tetapl nampaknya belum membuahkan hasil,” keluhnya. Ganco kini asyik bermain anis merah dan pleci.
Salah satu breeder anis kembang dari Gresik yang layak diperhitungkan adalah H Muis. Beberapa produk tangkarannya moncer di berbagai lomba. Namun situasi surut seperti ini membuatnya harus realistis. Ya, sama seperti Ganco, akhirnya ia pun lebih memilih bermain di beberapa kelas yang diminati peserta.
Upaya yang pernah dilakukan sejumlah breeder dan pelaku bisnis kenari di Malang mungkin bisa ditiru untuk kasus anis kembang di Gresik. Event organizer (EO) pun harus didorong untuk terus berkreasi, berinovasi, dan selalu memproduksi lomba burung dengan terobosan baru yang tidak menjemukan.
Nasib cucak jenggot di wilayah pantura
Burung cucak jenggotKisah memilukan juga dialami burung cucak jenggot yang mengalami penurunan pamor di Jawa Timur, termasuk di wilayah pantai utara (pantura). Selama ini, wilayah pantura Jawa Timur mulai dari Tuban, Babat, Lamongan, hingga Gresik (ditambah Bojonegoro yang agak di pedalaman), dikenal sebagai sentra cucak jenggot berkualitas karena kompetisi yang rutin dan ketat.
Burung-burung yang pernah menjadi jawara di sana beberapa kali biasanya langsung ditake-over dengan hargatinggi. Hal ini membangkitkan gairah perawat maupun penangkar cucak jenggot, untuk berlomba-lomba mencetak burung jawara.
Tapi itu cerita dulu, setidaknya sampai tahun 2011. Sepanjang tahun 2012, kondisinya sudah sangat jauh menurun. Pada beberapa gelaran terakhir, jumlah peserta umumnya di bawah 15 gantangan. Kalah dari burung lain, misalnya lovebird, yang rata-rata bisa buka tiga kelas dan setiap kelas bisa diikuti minimal 30 peserta.
Sejumlah EO tidak habis pikir dengan fenomena ini. Misalnya Andy Lombok Ijo, ketua pelaksana Latpres New LBC Lamongan, yang beberapa kali menitipkan brosur lomba di omkicau.com. “Sudah satu tahun ini kelas cucak jenggot sepi peserta,” tuturnya.
Mungkin karena frustasi, beberapa EO bahkan meniadakan kelas cucak jenggot dari jadwal lomba. “Jika tetap dibuka, dan tak memberikan dampak signifikan, ya lebih baik dihapus sekalian,” kata Joko, pemilik EO Latber GBC di Telaga Ngipik, Gresik.
Butuh kreasi, inovasi, dan terobosan baru dari EO
Melihat ketiga persoalan di atas, nampaknya upaya yang dilakukan breeder dan pelaku bisnis kenari di Malang perlu dijadikan acuan dasar untuk membangkitkan kembali pamor kenari, anis kembang, dan cucak jenggot.
Yang perlu didorong mungkin sejumlah EO, karena mereka juga bagian dari stakeholders hobi burung, bahkan ikut menikmati hasil yang berkaitan dengan lomba burung. Dibutuhkan kreativitas, inovasi, atau terobosan baru bagi setiap EO agar ketiga jenis burung itu kembali diminati.
Manfaatkan secara maksimal jaringan media cetak yang ada, misalnya Tabloid Agrobur atau Tabloid BnR, juga media online seperti omkicau.com, serta berbagai jejaring sosial yang sangat potensial untuk membangun komunitas kenari di masing-masing daerah.
Kata kunci yang perlu dijadikan pegangan adalah fair play dalam arti sebenar-benarnya, mencari sponsor atau donatur potensial, menyediakan doorprize khusus di kelas-kelas tersebut, atau memberikan hadiah utuh, berapa pun peserta yang datang. Khusus kenari, mungkin perlu melakukan pemilahan kelas kenari impor, silangan, dan lokal,
Pada tahap awal mungkin hal ini mengurangi potensi keuntungan yang diperoleh EO. Tetapi jika berhasil menggandeng sponsor dan donatur potensial, hal tersebut tidak menjadi persoalan besar. Apalagi untuk jangka panjang, jika semua kata kunci dijalankan secara konsisten, sobat kicaumania pun akan beramai-ramai lagi mendatangi lomba di kelas kenari, anis kembang, dan cucak jenggot.
Ayo, siapkah semua stakeholders di Jawa Timur untuk mengembalikan pamor ketiga jenis burung yang pernah mengharumkan nama Blok Timur di pentas nasional?
Post A Comment:
0 comments: